Mall ini masih berdiri, di pertigaan
tengah kota Karawang yang cukup ramai. Saya disambut dengan pemdandangan toko
kaset yang sudah sepi, dan security yang tampak terkantuk, mengecek suhu tubuh
saya dan kemudian memberikan senyumnya tanda saya boleh masuk. Toko ternama berlogo merah itu, masih
menempati bagian tengah. Beberapa SPG tampak sedang memberi label diskon, ada
juga yang sedang berfoto dengan produk untuk
di upload ke media sosial.
Penjual es teh di pojok masih ada, meski food court sudah tidak
berpengujung lagi. Saya sangat hapal,
lantai ini juga tadinya ada supermarket yang cukup komplit dan ramai.
Namun semua memang akan berbeda
pada masanya, ini. Bagi kota Karawang, beberapa tahun yang lalu Mall ini
menjadi pusat perhatian, dianggap kompit
dan nyaman pada masanya. Beberapa
restoran masih ada, namun, sekarang yang tersisa hanya seperti itu. Pengujung
yang sepi, lampu – lampu yang di kurangi, toko yang hanya tinggal hitungan jari,
makin membuat miris hati. Beberapa bulan sebelum pandemik sudah seperti ini, apalagi
di masa pandemik, semakin menambah sepi saja pengunjungnya.
Di seberangnya, dipisahkan oleh jembatan penyeberangan, ada
satu bangunan lain yang masih bertahan. Mall yang ini mengubah konsep dengan
menambah bioskop XXI dan menambah tenant makanan.
Cukup menggembirakan, meski pandemik dan bisokop tutup, setidaknya mereka masih
bertahan dengan pengunjung yang masih
terbilang ramai. Dua kondisi yang sangat berbeda.
Terkadang saya terbawa baper
ke masa lalu saat saya suka duduk menyambangi mall ini,apalagi lokasi saya bekerja sangat
dekat. Akses yang mudah memudahkan saya saat dulu sering naik angkot. Saya
rindu masa- masa itu. Masa dimana tempat ini sering menjadi pelepas lelah saya,
menikmati karaoke yang lagi keren – kerennya saat itu, atau hanya sekedar
membeli es teh poci.
Sudahlah, semua memang ada
masanya. Ada saat datang, ada saat pergi. Inkonsistensi akan selalu ada di setiap
waktu. Seperti halnya kehilangan, tentu akan ada masanya menemukan,juga rindu
yang pasti akan dipertemukan, meski hanya dalam lantunan. Yang jadi pertanyaan,
kuatkah bertahan? ..duuhhh..mungkin hanya Dylan yang sanggup menahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar